Laman

WELCOME TO SCIENCE BLOG

Bergabunglah bersama kami, berkreasi, berinovasi dan mengabdi untuk anak negeri.

WELCOME TO MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Guru yang baik akan mendidik dan mengajar siswanya sebaik-baiknya...

WELCOME TO MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Semangat yang tinggi akan slalu menghantarkan diri pada kesuksesan dan keberhasilan

WELCOME TO MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Dari guru yang berprestasi akan lahir siswa yang berprestasi pula

WELCOME TO MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Dari guru yang berprestasi akan lahir siswa yang berprestasi pula

Tampilkan postingan dengan label MATERI KIMIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MATERI KIMIA. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Februari 2012

TATANAMA ALKANA


Senyawa organik paling sederhana adalah hidrokarbon . Hidrokarbon hanya berisi dua unsur, hidrogen dan karbon . Sebuah hidrokarbon jenuh atau alkana merupakan hidrokarbon di mana semua ikatan karbon-karbon tunggal. Setiap atom karbon membentuk empat ikatan hidrogen dan masing-masing membentuk ikatan tunggal untuk karbon. Ikatan  setiap atom karbon tetrahedral, sehingga semua sudut ikatan adalah 109,5 °. Akibatnya, atom karbon dalam alkana yang lebih tinggi tersebut diatur dalam zig-zag daripada pola linier.

ALKANA RANTAI LURUS
Rumus umum untuk sebuah alkana adalah C n H 2 n +2 dimana n adalah jumlah atom karbon dalam molekul. Ada dua cara penulisan struktur formula kental. Sebagai contoh, butana dapat ditulis sebagai CH 3 CH 2 CH 2 CH 3 atau CH 3 (CH 2) 2 CH 3.
Aturan untuk Penamaan Alkana
  • Nama induk dari molekul ditentukan oleh jumlah karbon pada rantai terpanjang.
  •  Dalam kasus di mana dua rantai memiliki jumlah yang sama karbon, induk adalah rantai dengan substituen yang paling.banyak
  • Karbon dalam rantai diberi nomor mulai dari ujung terdekat dengan substituen pertama.
  • Dalam kasus di mana ada substituen memiliki jumlah yang sama karbon dari kedua ujungnya, penomoran dimulai dari ujung terdekat dengan substituen berikutnya.
  • Bila lebih dari satu dari suatu substituen diberikan hadir, prefiks diterapkan untuk menunjukkan jumlah substituen. Gunakan di-bagi dua, tiga-tiga, tetra-empat, dll dan menggunakan nomor  untuk menunjukkan posisi substituen masing-masing.
ALKANA BERCABANG
  • Substituen bercabang diberi nomor mulai dari karbon dari substituen yang melekat pada rantai induk. Dari karbon ini, menghitung jumlah karbon dalam rantai terpanjang substituen tersebut. Substituen ini dinamai sebagai sebuah gugus alkil berdasarkan jumlah karbon dalam rantai ini.
  • Penomoran rantai substituen dimulai dari karbon melekat pada rantai induk.
  • Nama seluruh substituen bercabang ditempatkan dalam tanda kurung, didahului oleh sejumlah yang menunjukkan induk-rantai karbon itu bergabung.
  • Substituen terdaftar dalam urutan abjad. Untuk menyusun menurut abjad, mengabaikan numerik (di-, tri-, tetra-) prefiks (misalnya, etil akan datang sebelum dimetil), tetapi tidak mengabaikan jangan mengabaikan prefiks posisi seperti iso dan ters (misalnya, trietil datang sebelum tertbutyl) . 
SIKLOALKANA
  • Nama induk ditentukan dengan jumlah karbon di ring terbesar (misalnya, sikloalkana seperti sikloheksana).
  • Dalam kasus di mana cincin itu terpasang ke rantai yang mengandung karbon tambahan, cincin itu dianggap suatu substituen pada rantai. Sebuah cincin tersubstitusi yang merupakan substituen pada sesuatu yang lain diberi nama menggunakan aturan untuk alkana bercabang.
  • Ketika cincin dua yang melekat satu sama lain, cincin yang lebih besar adalah induk dan yang lebih kecil adalah substituen sikloalkil.
  •  karbon dari cincin diberi nomor sehingga substituen diberi nomor serendah mungkin.
Butil siklo heksana
4 - etil 2,2 - dimetil Heptana

3 - metil Pentana
1,1 - dimetil Butana

5 - Ters-butil Nonana
1,4 - dimetil Sikloheksana

Minggu, 22 Januari 2012

RPP Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit)

SEKOLAH

:

SMA
MAPEL
:
Kimia
KELAS /SMT
:
X / 2
WAKTU
:
6 x 45 menit (3 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi :
3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi
.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi
  1. Pertemuan 1
> Mengidentifikasi sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit melalui percobaan
  1. Pertemuan 2
> Mengelompokkan larutan ke dalam larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya
> Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik
> Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar
     3. Pertemuan 3
> Menentukan harga α (derajat Ionisasi) pada larutan elektrolit
> Menjelaskan Aplikasi larutan elektrolit dan non elektrolit dalam kehidupan sehari -hari

D. Tujuan Pembelajaran :
  1. Pertemuan 1
Setelah selesai kegiatan pembelajaran siswa dapat:
> Mengidentifikasi sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit melalui percobaan
  1. Pertemuan 2
Setelah selesai kegiatan pembelajaran siswa dapat:
> Mengelompokkan larutan ke dalam larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya
> Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik
> Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar
  1. Pertemuan 3
Setelah selesai kegiatan pembelajaran siswa dapat:
> Menentukan harga α (derajat Ionisasi) pada larutan elektrolit
> Menjelaskan Aplikasi larutan elektrolit dan non elektrolit dalam kehidupan sehari -hari

E. Materi Ajar :
1. Larutan Elektrolit dan non elektrolit (Terlampir)

F. Metode dan model Pembelajaran :
1. Metode : Percobaan, Ceramah bervariasi (diskusi, tanya jawab)
2. Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

F. Langkah-langkah pembelajaran :
1. Pertemuan 1
Materi : - Larutan

Rabu, 18 Januari 2012

ZAT ADITIF PADA MAKANAN

Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya.
Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.

Sabtu, 14 Januari 2012

ALAT - ALAT PRAKTIKUM

1. Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran
2. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala.
3. Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4. Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7. Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.
8. dan 10. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam jumlah sedikit.
9. Kuvet
Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.

PENGENALAN BAHAN KIMIA

  Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium. Sifat-sifat bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet. Pada tabel berikut disajikan sifat bahaya bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia. Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3).
Bahan berdasarkan fasa :
  1. Padat
  2. Cair
  3. gas
Bahan berdasarkan kualitas
  1. teknis
  2. special grade : pro analyses (pa)
  3. special grade : material referrences
pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)
  1. Harmful (Berbahaya).
Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.
  1. Toxic (beracun)
Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.

BILANGAN OKSIDASI

Bilangan oksidasi adalah bilangan yang menyatakan banyaknya electron pada suatu atom yang terlibat dalam pembentukan ikatan.
Untuk menentukan Bilangan oksidasi perlu dipatuhi beberapa aturan. Enam aturan berikut cukup untuk menyatakan semua permasalahan dalam menentukan bilangan oksidasi. Dengan kualifikasi penting berikut : “ Bila ada 2 aturan muncul berlawanan dengan yang lain, ikuti aturan yang muncul terlebih dahulu dalam urutan.”  
Perhatikan urutan aturan berikut dengan seksama :
1. Bilangan oksidasi sebuah atom dalam unsur bebas adalah NOL
2. Jumlah total bilangan oksidasi semua atom dalam sebuah molekul adalah NOL, Jumlah total bilangan oksidasi semua atom dalam sebuah Ion adalah sama dengan muatanya.
3. Dalam senyawanya, bilangan oksidasi unsur golongan IA adalah +1, Unsur golongan IIA adalah +2.
4. Dalam senyawanya, bilangan oksidasi H = +1, dan F = -1
5. Dalam senyawanya, bilangan oksidasi O = - 2
6. Dalam senyawa binernya dengan logam, unsur-unsur golongan VIIA memiliki bilangan oksidasi – 1, golongan VIA = - 2, golongan VA = - 3
Contoh :
. Bilangan oksidasi P4 = 0, dan  O2 = 0
. Bilangan oksidasi Al dalam Al2O3  = 2Al + 3O = 0
       = 2.Al + 3.(-2) = 0
      Al  = + 3
. Bilangan oksidasi H dalam NaH  = Na + H = 0
     = 1 + H = 0
     H  = - 1
. Bilangan oksidasi O dalam H2O2  = 2H + 2O = 0
       = 2.1 + 2.O = 0
      O  = - 1
. Bilangan oksidasi Fe dalam Fe3O4  = 3Fe + 4O = 0
         =  3Fe + 4(-2) = 0
       Fe  = - 2 ²⁄₃
. Bilangan oksidasi Cr dalam Cr2O7 -2  = 2Cr + 7O = -2
        = 2Cr + 7(-2) = -2
       Cr  = + 6

Minggu, 08 Januari 2012

BENTUK MOLEKUL

Molecular shape (molecular geometry) is the position of atoms in the molecule. Molecular geometry can be predicted based on the inter-electron electrostatic force involved in the making of bonds.....
To all chemistry lovers...If you would like to study "Molecular shape" please click : Shape of molecule Finally .... Happy learning " Molecular shape ". I hope this ppt. will help You mastering chemistry....!!

 

Selasa, 03 Januari 2012

SOAL SOAL KIMIA X SMT 1

Ingin mahir...?! menjajaki berbagai macam soal kelas X smst 1, silahkan coba soal-soal berikut. di jamin tambah wawasan.......please click : SOal Kimia X smst 1

PTK

PENELITIAN  TINDAKAN  KELAS
( Contoh PTK KIMIA )
oleh: Drs. Tatang Sunendar, M.Si.

A. Latar Belakang

Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

B. Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting ?

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru :
  1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya
  2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
  3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
  4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
  5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
  6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada guru.