Laman

Sabtu, 29 Agustus 2015

PENELITIAN SISWA BIDANG HUMANIORA

BENDA CAGAR BUDAYA SITUS KAYEN PENYAMBUNG MATA RANTAI HISTORIOGRAFI KABUPATEN PATI DAN POTENSINYA
SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH
Penulis : Hanisa Rinda Pramukaningtyas, Pembimbing : Drs Amal Hamzah, M.Pd.
SMA Negeri 1 Pati Jl. Panglima Sudirman No. 24 Pati
ABSTRAK

Tim  Balai Arkeologi Yogyakarta (BALAR Yogyakarta) yang melakukan peninjauan pada tanggal 4 Mei 2011 di Dusun Miyono (Mbuloh), Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati,  Jawa Tengah berhasil mengidentifikasikan beberapa temuan di lokasi tersebut sebagai Benda Cagar Budaya (BCB). Berdasarkan hal tersebut muncul permasalahan bagaimanakah sejarah kepurbakalaan  fakta-fakta data arkeologi Benda Cagar Budaya yang diketemukan di Situs Kayen serta  perlindungan yang sudah dan harus dilakukan terhadap penemuan tersebut karena penemuan benda-benda bersejarah di situs tersebut dapat berfungsi sebagai penyambung mata rantai historiografi Kabupaten Pati dan dapat berpotensi  sebagai  objek wisata sejarah Kabupaten Pati.
      Melalui penelitian yang dilaksanakan tanggal 3-7 Marert 2013 dengan teknik observasi, penelitian kepustakaan, dan wawancara diperoleh hasil bahwa Candi Miyono beserta Benda Cagar Budaya lain yang ditemukan di Situs Kayen menunjukkan bahwa Candi Miyono merupakan Candi Hindu pertama berbahan batu bata merah yang ditemukan di Wilayah Pesisir Utara Jawa. Benda-benda budaya tersebut menjadi penyambung mata rantai sejarah bahwa di Pati sudah terjadi interaksi antara penduduk pribumi dengan kaum pedagang terutama dari Cina dan terjadi penyebaran agama Hindu di Pesisir Utara Jawa. Karena hal tersebut, Situs Kayen sangat memerlukan perlindungan dan kepastian hukum yang lebih kuat agar terjaga kelestariannya karena situs ini berpotensi menjadi objek wisata sejarah di Kabupaten Pati.



TEKNIK BELAH PUCUK PADA POHON PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI UPAYA MENEKAN PERTUMBUHAN DAN MENINGKATKAN HASIL PANEN
Peneliti :Yulia & Dian Anggraeni
Pembimbing : Idha Nurhayati, S.Pd.

Pohon pepaya (Carica papaya L.) menurut M. Baga Kalie dapat tumbuh pada semua musim dan tempat. Saat ini buah pepaya merupakan salah satu buah dengan angka penjualan yang cukup tinggi. Karena minat masyarakat yang demikian tinggi, para petani berusaha membudidayakan pepaya. Permasalahan yang sering ditemui oleh petani pepaya adalah buah yang dihasilkan sangat sedikit bahkan tidak jarang pohon yang ditanam tidak berbuah sama sekali. Selain itu tinggi pohon pepaya juga sering menghambat proses panen.
Hipotesis yang penulis angkat sebagai berikut, jaringan meristem primer yang terdapat pada ujung batang tanaman pepaya (Carica papaya L.) muda terus membelah dan berkembang dengan cepat, sehingga memungkinkan untuk dilakukan pembelahan pucuk pada tamanan pepaya. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah pohon pepaya (Carica papaya L.). Dengan sampel penelitian pohon pepaya yang mempunyai batang lurus, sehingga memudahkan dalam proses pembelahan. Untuk menguji perbedaan antara pohon yang menggunakan teknik belah pucuk dengan pohon tanpa teknik belah pucuk, penulis menggunakan 2 pohon tanpa teknik belah pucuk dan 2 pohon dengan teknik belah pucuk. Hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi apabila ada pohon yang mati, sehingga penelitian tidak terhenti. Hasil penelitian menunjukkan pada minggu ke-10 pohon pepaya 1 (tanpa teknik belah pucuk) mulai berbunga. Minggu ke 12 pada pohon pepaya 2 (teknik belah pucuk) mulai berbunga. Pada minggu ke-13, pohon pepaya 1 sudah mulai berbuah. Minggu ke-15 pohon pepaya 2 mulai berbuah. Perbedaan tinggi pepaya 1 dengan tinggi pepaya 2 akan terlihat jelas pada minggu ke-10. Pertumbuhan pada pepaya yang menggunakan teknik belah pucuk akan sedikit terhambat, sehingga pohonnya pendek dan jumlah buah yang dihasilkan lebih banyak.Dari penelitian ditarik kesimpulan bahwa teknik belah pucuk dapat diterapkan pada pohon pepaya (Carica papaya L.).
 

 

0 komentar :