BENDA CAGAR BUDAYA SITUS KAYEN
PENYAMBUNG MATA RANTAI HISTORIOGRAFI KABUPATEN PATI DAN POTENSINYA
SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH
Penulis : Hanisa Rinda Pramukaningtyas, Pembimbing : Drs Amal Hamzah, M.Pd.
SMA Negeri 1 Pati Jl. Panglima Sudirman
No. 24 Pati
ABSTRAK
Tim Balai Arkeologi Yogyakarta (BALAR Yogyakarta)
yang melakukan peninjauan pada tanggal 4 Mei 2011 di Dusun Miyono (Mbuloh),
Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati,
Jawa Tengah berhasil mengidentifikasikan beberapa temuan di lokasi tersebut
sebagai Benda Cagar Budaya (BCB). Berdasarkan hal tersebut muncul permasalahan
bagaimanakah sejarah kepurbakalaan
fakta-fakta data arkeologi Benda Cagar Budaya yang diketemukan di Situs
Kayen serta perlindungan yang sudah dan
harus dilakukan terhadap penemuan tersebut karena penemuan benda-benda
bersejarah di situs tersebut dapat berfungsi sebagai penyambung mata rantai historiografi
Kabupaten Pati dan dapat berpotensi
sebagai objek wisata sejarah
Kabupaten Pati.
Melalui penelitian yang dilaksanakan tanggal 3-7
Marert 2013 dengan teknik observasi, penelitian kepustakaan, dan wawancara diperoleh
hasil bahwa Candi Miyono beserta Benda Cagar Budaya lain yang ditemukan di
Situs Kayen menunjukkan bahwa Candi Miyono merupakan Candi Hindu pertama berbahan batu bata merah yang ditemukan di Wilayah Pesisir Utara Jawa.
Benda-benda budaya tersebut menjadi penyambung mata rantai sejarah bahwa di
Pati sudah terjadi interaksi antara penduduk pribumi dengan kaum pedagang
terutama dari Cina dan terjadi penyebaran agama Hindu di Pesisir Utara Jawa. Karena
hal tersebut, Situs Kayen sangat memerlukan perlindungan dan kepastian hukum yang lebih kuat agar terjaga kelestariannya karena situs ini
berpotensi menjadi objek wisata sejarah di Kabupaten Pati.
TEKNIK BELAH PUCUK PADA
POHON PEPAYA (Carica papaya
L.) SEBAGAI
UPAYA MENEKAN PERTUMBUHAN DAN MENINGKATKAN HASIL PANEN
Peneliti :Yulia & Dian Anggraeni
Pembimbing : Idha Nurhayati, S.Pd.
Pohon
pepaya (Carica papaya L.) menurut M. Baga Kalie dapat tumbuh pada
semua musim dan tempat. Saat ini buah pepaya merupakan salah satu buah dengan
angka penjualan yang cukup tinggi. Karena minat masyarakat yang demikian
tinggi, para petani berusaha membudidayakan pepaya. Permasalahan yang sering
ditemui oleh petani pepaya adalah buah yang dihasilkan sangat sedikit bahkan
tidak jarang pohon yang ditanam tidak berbuah sama sekali. Selain itu tinggi
pohon pepaya juga sering menghambat proses panen.
Hipotesis yang penulis
angkat sebagai berikut, jaringan meristem primer yang terdapat pada ujung batang
tanaman pepaya (Carica papaya L.)
muda terus membelah dan berkembang dengan cepat, sehingga memungkinkan untuk
dilakukan pembelahan pucuk pada tamanan pepaya. Dalam penelitian ini populasi
yang digunakan adalah pohon pepaya (Carica
papaya L.). Dengan sampel penelitian pohon
pepaya yang mempunyai batang lurus, sehingga memudahkan dalam proses
pembelahan. Untuk menguji perbedaan antara pohon yang menggunakan teknik belah
pucuk dengan pohon tanpa teknik belah pucuk, penulis menggunakan 2 pohon tanpa
teknik belah pucuk dan 2 pohon dengan teknik belah pucuk. Hal tersebut
dilakukan sebagai antisipasi apabila ada pohon yang mati, sehingga penelitian
tidak terhenti. Hasil penelitian menunjukkan pada minggu
ke-10 pohon pepaya 1 (tanpa teknik belah pucuk) mulai berbunga. Minggu ke 12
pada pohon pepaya 2 (teknik belah pucuk) mulai berbunga. Pada minggu ke-13,
pohon pepaya 1 sudah mulai berbuah. Minggu ke-15 pohon pepaya 2 mulai berbuah. Perbedaan tinggi pepaya 1 dengan tinggi pepaya 2 akan terlihat jelas pada
minggu ke-10. Pertumbuhan pada pepaya yang menggunakan teknik belah pucuk akan
sedikit terhambat, sehingga pohonnya pendek dan jumlah buah yang dihasilkan
lebih banyak.Dari penelitian
ditarik kesimpulan bahwa teknik belah pucuk dapat diterapkan pada pohon pepaya (Carica papaya L.).
0 komentar :
Posting Komentar