Laman

WELCOME TO SCIENCE BLOG

Bergabunglah bersama kami, berkreasi, berinovasi dan mengabdi untuk anak negeri.

WELCOME TO MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Guru yang baik akan mendidik dan mengajar siswanya sebaik-baiknya...

WELCOME TO MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Semangat yang tinggi akan slalu menghantarkan diri pada kesuksesan dan keberhasilan

WELCOME TO MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Dari guru yang berprestasi akan lahir siswa yang berprestasi pula

WELCOME TO MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Dari guru yang berprestasi akan lahir siswa yang berprestasi pula

Minggu, 30 Agustus 2015

DAFTAR ANGGOTA MGMP KIMIA KABUPATEN PATI

Berikut adalah dafatar anggota MGMP Kimia Kabupaten Pati tahun 2015
No
N a m a
Unit Kerja
1
Drs.Edy Suryaka,M.Pd.
SMA N 1 Kayen
2
Drs.Suhendro
SMA N 01 Pati
3
Dra.M.E. Listyawati
SMA N 01 Pati
4
Drs.Sunarto
SMA N 01 Pati
5
Rinsana Dewi,S.Pd
SMA N 01 Pati
6
Puji Utami,S.Pd. 
SMA N 01 Pati
7
Idha Nurhayati,S.Pd
SMA N 01 Pati
8
Suci Isnainingsih,S.Pd.
SMA N 02 Pati
9
Anik Hartini,S.Pd.
SMA N 02 Pati
10
Hasnawati,S.Pd.
SMA N 02 Pati
11
Anik Widiati,S.Pd.
SMA N 02 Pati
12
Drs.Winarno,M.Si 
SMA N 03 Pati
13
Dra.Taty Suhartatik,M.Si
SMA N 03 Pati
14
Dra.Dwi Kus Iryani,M.Si
SMA N 03 Pati
15
Drs.Arif Budiono,M.Si
SMA N 03 Pati
16
Hanik Rosichah,S.Pd. SMA N Tayu
17
Drs.Muhammad Adib,M.Pd SMA N Tayu
18
Sri Jumini,S.Pd Kim SMA N Tayu
19
Ali  Imron,S.Pd.Kim SMA N Tayu
20
Sri Harjanti,S.Pd
SMA N Batangan
21
Hartanto, S.Pd.,M.Si
SMA N Batangan
22
Siti Harisah Nastuti,S.Pd
SMA N Juwana
23
Agus Sugeng, S.Pd.
SMA N Juwana
24
Abdul Afif,S.Pd
SMA N Juwana
25
Mudiyono,S.Pd.
SMA N Jakenan
26
Rohmad,S.Pd.
SMA N Jakenan
27
Budi Santoso
SMA N Jakenan
28
Rusianah,S.Pd
SMA N Jakenan
29
Wiwik Indarwati I,S.Pd SMA N 1 Kayen
30
Diah Retno N, SPd SMA N 1 Kayen
31
Drs.Agus Kusdiantoro,M.Si SMA Nasional Pati
32
Dra.Ngesti Indriyati  SMA Nasional Pati
33
Heri Wibowo,S.Pd. SMA Nasional Pati
34
Sukarno
SMA PGRI 1 Pati
35
Anggoro,S.Pd.
SMA PGRI 1 Pati
36
Sri Pantes,S.Pd.
SMA PGRI 1 Pati
37
Dra.Tri Astuti.
SMA PGRI 1 Pati
38
Pipin Tri K,S.Si.
SMA Yos Sudarso
39
Drs.Rusdi
SMA PGRI 3 Tayu
40
Eny Susiyanti,S.Pd SMA Muria
41
Eka Wulandari,S.Pd. SMA PGRI 02 Kayen
42
Fenti,S.Pd
SMA PGRI 02 Kayen
43
Neneng Saadah, S.Pd. SMAWahid H. Pati












Sabtu, 29 Agustus 2015

PENELITIAN SISWA BIDANG HUMANIORA

BENDA CAGAR BUDAYA SITUS KAYEN PENYAMBUNG MATA RANTAI HISTORIOGRAFI KABUPATEN PATI DAN POTENSINYA
SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH
Penulis : Hanisa Rinda Pramukaningtyas, Pembimbing : Drs Amal Hamzah, M.Pd.
SMA Negeri 1 Pati Jl. Panglima Sudirman No. 24 Pati
ABSTRAK

Tim  Balai Arkeologi Yogyakarta (BALAR Yogyakarta) yang melakukan peninjauan pada tanggal 4 Mei 2011 di Dusun Miyono (Mbuloh), Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati,  Jawa Tengah berhasil mengidentifikasikan beberapa temuan di lokasi tersebut sebagai Benda Cagar Budaya (BCB). Berdasarkan hal tersebut muncul permasalahan bagaimanakah sejarah kepurbakalaan  fakta-fakta data arkeologi Benda Cagar Budaya yang diketemukan di Situs Kayen serta  perlindungan yang sudah dan harus dilakukan terhadap penemuan tersebut karena penemuan benda-benda bersejarah di situs tersebut dapat berfungsi sebagai penyambung mata rantai historiografi Kabupaten Pati dan dapat berpotensi  sebagai  objek wisata sejarah Kabupaten Pati.
      Melalui penelitian yang dilaksanakan tanggal 3-7 Marert 2013 dengan teknik observasi, penelitian kepustakaan, dan wawancara diperoleh hasil bahwa Candi Miyono beserta Benda Cagar Budaya lain yang ditemukan di Situs Kayen menunjukkan bahwa Candi Miyono merupakan Candi Hindu pertama berbahan batu bata merah yang ditemukan di Wilayah Pesisir Utara Jawa. Benda-benda budaya tersebut menjadi penyambung mata rantai sejarah bahwa di Pati sudah terjadi interaksi antara penduduk pribumi dengan kaum pedagang terutama dari Cina dan terjadi penyebaran agama Hindu di Pesisir Utara Jawa. Karena hal tersebut, Situs Kayen sangat memerlukan perlindungan dan kepastian hukum yang lebih kuat agar terjaga kelestariannya karena situs ini berpotensi menjadi objek wisata sejarah di Kabupaten Pati.



TEKNIK BELAH PUCUK PADA POHON PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI UPAYA MENEKAN PERTUMBUHAN DAN MENINGKATKAN HASIL PANEN
Peneliti :Yulia & Dian Anggraeni
Pembimbing : Idha Nurhayati, S.Pd.

Pohon pepaya (Carica papaya L.) menurut M. Baga Kalie dapat tumbuh pada semua musim dan tempat. Saat ini buah pepaya merupakan salah satu buah dengan angka penjualan yang cukup tinggi. Karena minat masyarakat yang demikian tinggi, para petani berusaha membudidayakan pepaya. Permasalahan yang sering ditemui oleh petani pepaya adalah buah yang dihasilkan sangat sedikit bahkan tidak jarang pohon yang ditanam tidak berbuah sama sekali. Selain itu tinggi pohon pepaya juga sering menghambat proses panen.
Hipotesis yang penulis angkat sebagai berikut, jaringan meristem primer yang terdapat pada ujung batang tanaman pepaya (Carica papaya L.) muda terus membelah dan berkembang dengan cepat, sehingga memungkinkan untuk dilakukan pembelahan pucuk pada tamanan pepaya. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah pohon pepaya (Carica papaya L.). Dengan sampel penelitian pohon pepaya yang mempunyai batang lurus, sehingga memudahkan dalam proses pembelahan. Untuk menguji perbedaan antara pohon yang menggunakan teknik belah pucuk dengan pohon tanpa teknik belah pucuk, penulis menggunakan 2 pohon tanpa teknik belah pucuk dan 2 pohon dengan teknik belah pucuk. Hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi apabila ada pohon yang mati, sehingga penelitian tidak terhenti. Hasil penelitian menunjukkan pada minggu ke-10 pohon pepaya 1 (tanpa teknik belah pucuk) mulai berbunga. Minggu ke 12 pada pohon pepaya 2 (teknik belah pucuk) mulai berbunga. Pada minggu ke-13, pohon pepaya 1 sudah mulai berbuah. Minggu ke-15 pohon pepaya 2 mulai berbuah. Perbedaan tinggi pepaya 1 dengan tinggi pepaya 2 akan terlihat jelas pada minggu ke-10. Pertumbuhan pada pepaya yang menggunakan teknik belah pucuk akan sedikit terhambat, sehingga pohonnya pendek dan jumlah buah yang dihasilkan lebih banyak.Dari penelitian ditarik kesimpulan bahwa teknik belah pucuk dapat diterapkan pada pohon pepaya (Carica papaya L.).
 

 

WAHAI GURU .... SIAPKAN DIRI UNTUK UKG 2015

DOWNLOAD :
KISI-KISI UKG 2015 MAPEL KIMIA 

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan melakukan Uji Kompetensi Guru (UKG). Uji Kompetensi Guru perlu dilakukan mengingat masyarakat dan peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas diperlukan guru yang berkualitas. Selain untuk membangun budaya mutu bagi guru, Uji Kompetensi guru sangat diperlukan untuk memastikan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sesuai standar yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan dari Uji Kompetensi Guru adalah untuk pemetaan penguasaan kompetensi guru (pedagogik dan profesional), sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan profesi guru, sebagai entry point penilaian kinerja guru dan sebagai alat kontrol hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru.

SIAP UKG

Minggu, 12 Februari 2012

TATANAMA ALKANA


Senyawa organik paling sederhana adalah hidrokarbon . Hidrokarbon hanya berisi dua unsur, hidrogen dan karbon . Sebuah hidrokarbon jenuh atau alkana merupakan hidrokarbon di mana semua ikatan karbon-karbon tunggal. Setiap atom karbon membentuk empat ikatan hidrogen dan masing-masing membentuk ikatan tunggal untuk karbon. Ikatan  setiap atom karbon tetrahedral, sehingga semua sudut ikatan adalah 109,5 °. Akibatnya, atom karbon dalam alkana yang lebih tinggi tersebut diatur dalam zig-zag daripada pola linier.

ALKANA RANTAI LURUS
Rumus umum untuk sebuah alkana adalah C n H 2 n +2 dimana n adalah jumlah atom karbon dalam molekul. Ada dua cara penulisan struktur formula kental. Sebagai contoh, butana dapat ditulis sebagai CH 3 CH 2 CH 2 CH 3 atau CH 3 (CH 2) 2 CH 3.
Aturan untuk Penamaan Alkana
  • Nama induk dari molekul ditentukan oleh jumlah karbon pada rantai terpanjang.
  •  Dalam kasus di mana dua rantai memiliki jumlah yang sama karbon, induk adalah rantai dengan substituen yang paling.banyak
  • Karbon dalam rantai diberi nomor mulai dari ujung terdekat dengan substituen pertama.
  • Dalam kasus di mana ada substituen memiliki jumlah yang sama karbon dari kedua ujungnya, penomoran dimulai dari ujung terdekat dengan substituen berikutnya.
  • Bila lebih dari satu dari suatu substituen diberikan hadir, prefiks diterapkan untuk menunjukkan jumlah substituen. Gunakan di-bagi dua, tiga-tiga, tetra-empat, dll dan menggunakan nomor  untuk menunjukkan posisi substituen masing-masing.
ALKANA BERCABANG
  • Substituen bercabang diberi nomor mulai dari karbon dari substituen yang melekat pada rantai induk. Dari karbon ini, menghitung jumlah karbon dalam rantai terpanjang substituen tersebut. Substituen ini dinamai sebagai sebuah gugus alkil berdasarkan jumlah karbon dalam rantai ini.
  • Penomoran rantai substituen dimulai dari karbon melekat pada rantai induk.
  • Nama seluruh substituen bercabang ditempatkan dalam tanda kurung, didahului oleh sejumlah yang menunjukkan induk-rantai karbon itu bergabung.
  • Substituen terdaftar dalam urutan abjad. Untuk menyusun menurut abjad, mengabaikan numerik (di-, tri-, tetra-) prefiks (misalnya, etil akan datang sebelum dimetil), tetapi tidak mengabaikan jangan mengabaikan prefiks posisi seperti iso dan ters (misalnya, trietil datang sebelum tertbutyl) . 
SIKLOALKANA
  • Nama induk ditentukan dengan jumlah karbon di ring terbesar (misalnya, sikloalkana seperti sikloheksana).
  • Dalam kasus di mana cincin itu terpasang ke rantai yang mengandung karbon tambahan, cincin itu dianggap suatu substituen pada rantai. Sebuah cincin tersubstitusi yang merupakan substituen pada sesuatu yang lain diberi nama menggunakan aturan untuk alkana bercabang.
  • Ketika cincin dua yang melekat satu sama lain, cincin yang lebih besar adalah induk dan yang lebih kecil adalah substituen sikloalkil.
  •  karbon dari cincin diberi nomor sehingga substituen diberi nomor serendah mungkin.
Butil siklo heksana
4 - etil 2,2 - dimetil Heptana

3 - metil Pentana
1,1 - dimetil Butana

5 - Ters-butil Nonana
1,4 - dimetil Sikloheksana